POTRET PERKELAPAAN DI INDRAGIRI HILIR, RIAU

Mestika dari Tanah Sri Gemilang 

Feature | Sabtu, 15 April 2023 - 23:00 WIB

Mestika dari Tanah Sri Gemilang 
Idrus, petani kelapa di Kampung Hidayat, Desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir. (DESRIANDI CANDRA/RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


Diminati Pasar Luar Negeri

Produk turunan kelapa yang dihasilkan Kelompok Tani Nyiur Terpadu ternyata diminati pangsa pasar luar negeri. Ini terbukti ketika Juari mengikuti pamaren kelapa dunia di Belanda  2022 lalu. Dia menjadi satu-satunya petani dari Kabupaten Inhil yang ikut pameran kelapa.


“Waktu itu alumni IPB Bogor datang menawarkan untuk memamerkan di pameran kelapa dunia, di Belanda.  Saya ikut,” kata Juari.

Saat pameran kelapa dunia di Belanda itu, buyer dari negeri Belanda datang berkunjung ke stan pameran Indonesia. Mereka tertarik dengan VCO yang dihasilkan  kelompok taninya. Bahkan, buyer dari Belanda meminta padanya untuk bekerja sama, memesan 2.000 barel per bulan minyak VCO.

Tawaran itu, kata Juari,  membuatnya tergiur dan tercengang. Karena, baginya, tidak mungkin memenuhi permintaan minyak VCO dalam skala sebesar itu. Di mana produk VCO yang dihasilkan kelompok taninya  masih skala home industri, yang baru mampu menghasilkan 400 liter VCO per bulannya.

“Tawaran itu, tentu saja tak bisa kami penuhi. Karena kita baru membuat skala kecil. Dalam satu tahun saja belum bisa memenuhi jumlah 2.000 barel itu,” ujarnya.

Permintaan akan minyak VCO yang dihasilkan kelompok taninya, tidak hanya datang dari buyer asal Belanda, tapi  pertengahan Maret 2023, buyer dari Malaysia datang berkunjung ke kelompok taninya dan menawarkan kerja sama dalam pemenuhan minyak VCO.

Buyer dari Malaysia itu datang bersama staf dari Dinas Perindag Inhil. Saat kunjungan, buyer dari Malaysia meminta beberapa persyaratan. Misalnya, sertifikat dari BPOM yang sudah dikantongi Kelompok Tani Nyiur Terpadu sejak  2020, sertifikat label halal yang tahun 2022 lalu sudah diraih kelompok taninya.

“Sementara untuk besaran VCO, kami meminta sesuai kemampuan kami 300-400 liter per bulan, dan kami tengah menunggu komunikasi ulang dari buyer asal Malaysia ini untuk memulai kerja sama,” ujarnya.

Selain pembeli dari luar negeri, pembeli dalam negeri juga menawarkan hal yang serupa. Pak Gale, salah seorang pembeli dalam negeri dan anggota asosisi perkelapaan sedunia di Jakarta, menawarkan permintaan VCO untuk ekspor ke luar negeri. Namun peluang itu tidak bisa dia penuhi, karena dalam jumlah yang besar.

Meski belum mampu memenuhi permintaan pembeli dari luar negeri, Juari menilai, minyak VCO memiliki peluang besar di pasaran dalam dan luar negeri. Sayangnya, permintaan yang terlalu besar tak mampu dipenuhi oleh kelompok taninya sendiri.

Ia berharap, pada Pemkab Inhil, bisa mendorong penumbuhan kelompok-kelompok tani penghasil turunan kelapa terutama VCO lebih banyak. Sehingga bisa memenuhi pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri.

Bila di Inhil tumbuh semakin banyak kelompok-kelompok tani home industri turunan kelapa, tentu akan berdampak positif pada harga jual butiran kelapa hingga turunannya. Para petani tidak lagi gusar dengan harga kelapa yang turun dan dibeli murah oleh para toke. Karena petani sudah mampu menghasilkan industri kelapa yang sudah ada penampungnya di dalam negeri dan luar negeri.

“Dia akan memberikan kesejahteraan bagi para petani kelapa yang mayoritas tumbuh di Inhil dan bukan tidak mungkin, Inhil menjadi negeri yang sejahtera dengan hasil kelapanya,” pungkas Juari.


Peremajaan Kebun Kelapa Petani di Inhil Selama Tahun 2020-2023

Dana APBN

Tahun

Luas

2021

100 hektare

2022

600 hektare

2023

1.100 hektare

Total

1.800 hektare

 

APBD Riau

Tahun

Luas

2021

50 hektare

2022

150 hektare

2023

420 hektare

Total

620 hektare

 

Luas Perkebunan Kelapa Dalam di Riau

No

Kabupaten/Kota

Luas

1

Inhil

303.556 hektare

2

Kepulauan Meranti

32.315 hektare

3

Pelalawan

20.645 hektare

4

Bengkalis

6.080 hektare

5

Rohil

5.108 hektare

6

Kampar

1.674 hektare

7

Siak

1.631 hektare

8

Dumai

1.482 hektare

9

Inhu

1.371 hektare

10

Kuansing

1.222 hektare

11

Rohul

986 hektare

12

Pekanbaru

17 hektare

Total Se-Riau

376.087 hektare

Pembangunan Tanggul Dalam Kurun Waktu 2013-2022

Tahun

Panjang

2013

28,6 km

2014

48,5 km

2015

183 km

2016

118,3 km

2017

194,3 km

2018

202, 6 km

2019

100 km

2020

20,9 km

2021

88,4 km

2022

99 km

Total

1.081,10 km

*Dari APBD Inhil

Pembangunan Jalan Produksi (2016-2021)

Dana

Panjang

APBN

5,20 km

APBD Inhil

9,21 km


Potensi dan Permasalahan 

Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) merupakan kabupaten penghasil kelapa terbesar di Provinsi Riau bahkan di Indonesia. Di mana Inhil memiliki luas kebun kelapa rakyat mencapai 341.960 hektare atau 11 persen dari luas kebun kelapa nasional. Luas itu terdiri dari, luas kebun kelapa dalam 303.556 hektare dan luas kelapa hibrida 38.404 hektare. Sehingga Inhil sering disebut sebagai “Negeri Hamparan Kelapa Dunia”.

Angka itu disampaikan Plt Kadisbun Inhil, Abdurrahman SPi MSi saat diwawancara Riaupos.co. Namun dari luasan hamparan kebun kelapa di Inhil itu, ada juga yang tengah dalam kondisi rusak. Pada  2022 lalu, jumlah kebun yang rusak tidak sedikit, mencapai 63.092 hektare dan 67 persen penduduk Inhil menggantungkan ekonominya dari perkebunan kelapa.

Abdurrahman menjelaskan, bertani kelapa memiliki banyak manfaat. Karena bila diolah memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sayangnya belum banyak petani kelapa di Inhil yang terampil dalam pengolahan industri kelapa.

Padahal, dari hitungan estimasi potensi manfaat kelapa yang dilakukan Sahabat Kelapa Indonesia tahun 2020, ada 4,4 miliar kg sabut kelapa yang bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonimis. Lalu daging buah kelapa, 3.987.500.000 kg, air kelapa 3.162.500.000 liter, tempurung kelapa 2,2 miliar kg dan kayu batang kelapa 6.379.976 mencapai meter kubik.

Estimasi produksi perkebunan kelapa rakyat di Inhil, dalam bentuk butiran mencapai 3,8 miliar butir per tahun dan baru tertampung hampir 1,8 miliar per tahun. Sisanya di bawa keluar Kabupaten Inhil. Ada yang ke Pekanbaru, Jambi, Pulau Jawa hingga negeri tetangga Malaysia, Thailand, Cina, dan lainnya.

Memang, banyak permasalahan perkebunan kelapa yang dihadapi para petani di Kabupaten Inhil. Pertama, produkivitas yang rendah. Rendahnya produktivitas kelapa yang dihasilkan disebabkan tanaman kelapa yang sudah tua atau rusak, terendam air pasang dan air hujan dan bibit yang ditanam tidak unggul.

Kondisi kebun petani yang tua dan rusak itu, perlu dilakukan peremajaan. Kemudian pembuatan trio tata air dan menanam bibit unggul yang sudah disertifikasi oleh balai.

Kedua, harga kelapa petani yang rendah dan flukuasi. Kondisi ini disebabkan  rantai pasar produk kelapa petani yang panjang dan mayoritas kelapa petani dijual dalam bentuk mentah atau butiran saja. Terhadap permasalah ini, Disbun Inhil berupaya membangun akses jalan bagi petani dan membuka peluang-peluang usaha turunan kelapa.

Ketiga, yang sering terjadi sebagian lokasi kebun kelapa petani masuk dalam kawasan  hutan. Sehingga kondisi ini menjadi penghambat bagi Pemkab Inhil dalam melakukan program peremajaan kebun kelapa petani, membangun akses jalan dan lainnya. Karena itu kelompok tani dan kelapa desa melakukan pendataan untuk dilakukan permohonan pelepasan dari kawasan hutan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI melalui Pemkab Inhil.

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook